Tuesday, September 18, 2012

Sehat itu Mahal



Sehat itu Mahal, anda percaya ? Kalau tidak percaya, ya harus percaya hehe. Bagi segenap orang-orang yang pernah merasakan sakit karena penyakit yang berat pasti tidak akan pernah menyangkal akan hal itu. Komponen paling awal dari menyembuhkan rasa sakit itu tentunya adalah obat. Dalam konteks penyakit yang ringan, misalnya sakit kepala saja, tanpa disadari, kita harus merogoh saku buat membeli obat – obat warung yang memang bisa dibeli tanpa resep dokter. Namun, jika rasa sakit tersebut tidak hilang dalam 3 (tiga) hari, maka disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Itu yang biasanya tertulis disetiap kemasan obat yang dijual bebas di warung-warung.
Konsultasi (bahasa halus  dari kata berobat) ke dokter biasanya merupakan awal petaka bagi setiap orang sakit. Kenapa ? ya setiap kita dokter, rata-rata kita mengeluarkan uang sedikitnya 100 ribu keluar dari dompet kita. Itu pun biasanya jika si dokter nya itu sudah menyiapkan obat langsung di tempat prakteknya, tidak perlu menebus resep obat ke apotek. Biasanya hal tersebut masih ada di pedesaan-pedesaan dimana masih jarangnya apotek yang dekat dengan tempat praktek dokternya. Sedangka di kota-kota, sudah sangat jarang ditemukan dokter yan g berpraktek dengan pola seperti itu. Di kota biasanya dokter hanya memberikan resep kepada pasiennya, untuk kemudian ditebus di apotek. Mengikuti filosofi “ada gula ada semut”, maka dimana ada dokter maka disitu bakal ada apotek, begitu juga sebaliknya, dimana ada apotek, maka disitu ada dokter. Jadi disini posisi nya tidak jelas, siapa yang menjadi semutnya, siapa yang menjadi gulanya. Heuheu.
Atau mungkin yang lebih hebat lagi adalah yang adanya itu adalah semut dulu, karena kepintarannya, maka semut itu mendirikan pabrik gula dan jadilah gula. Jadi jika dikaitkan dengan konteks dokter tadi, hal yang barusan lebih pas. Jadi yang ada itu adalah dokter dulu, lalu karena dokternya pintar membaca peluang bisnis, maka dia membuka juga apotek. Jadi terkesan all in one. Tapi selama itu tidak ada larangan, ya tidak masalah nampaknya.
Ada sebuah pertanyaan selalu terlintas dan terlontar kepada diri sendiri. Ketika seseorang sudah menyadari akan arti pentingnya kesehatan, akan mahalnya kesehatan, lalu apa yang telah diperbuat agar badan tetep sehat ? agar badan tetap bugar ? agar badan ini tidak mudah sakit ?
Beberapa hari lalu bertemu dengan kawan lama, temen seperjuangan di jatinangor dulu. Dulu badannya ceking, kurus dan tidak nampak ada gairah untuk berolahraga. Disaat yang lain bermain sepak bola atau basket, dia hanya duduk menjadi penonton. Tapi sekarang, dia nampak berbeda. Badannya tampak berisi dan otot-otot nya tampak padat. Yang terpenting, jiwa dan aura sportivitas tampak dari dalam dirinya. Setelah mengobrol, dia ungkapkan bahwa jadwal dia jogging itu seminggu 3 kali, 2  lari sore hari di senayan, sehari lagi pada hari Sabtu atau Minggu. Plus dia juga bersepeda di sabtu atau minggu itu.  Kemudian dia bilang kalau dia sudah pindah kosan dari kawasan sudirman, “sumpek, trus ga enak buat dipake sepedaan ke kantor”. Jadi dia mencari kosan yang rute bersepedanya lebih bersahabat. Hal terakhir yang dia bilang, “aku minggu depan ikutan lomba adidas king of the road di Jakarta, be”. Waduh, salut, sangat salut. Sebegitu “care“nya dia akan kesehatannya, membuat dia berbuat sesuatu yang mungkin dulu tidak dia sukai.
Lalu bagaimana dengan kita ? punya jadwal rutin olahraga apa setiap minggu ? bersepeda ? jogging ? futsal ? sepak bola ? bulu tangkis ? apapun itu, asalkan olahraga, pasti jauh lebih baik daripada nonton tv seharian, betulkan ? olahraga yuk !!                                                                                                                                                                                                                                  18 September 2012

No comments:

Post a Comment