Tuesday, September 18, 2012

Meretas Malam



Meretas malam di kantor sudah lama tidak pernah dilakoni, sampai akhirnya malam ini terjadi lagi. Beberapa waktu lalu, ada satu prinsip hidup yang coba dipegang kokoh dalam hati. Simpel tapi hal ini menjadi sangat penting. Prinsip itu adalah dengan tidak menjadikan urusan kantor my highest priority lagi. Tapi hal ini bukan berarti akan serta menurunkan kinerja dalam bekerja, tapi hanya merubah mind setting dalam pikiran.
Jujur sudah hampir 3 tahun bekerja di kantor yang satu ini, sangat menguras rasa, mengguncang otak. Dan hal itu sangat membuat mentally sangat lelah dan letih. Dalam bahasa kerennya : “i cant put down a glass for a while”. Setiap hal-hal kecil yang merupakan kerjaan terlalu dikerjakan dengan penuh kewaspadaan berlebihan, padahal seharusnya tidak perlu seperti itu. Sampai-sampai pekerjaan itu terbawa ke alam mimpi dimana seharusnya pada saat tidur, jiwa dan raga ini beristirahat dari hiruk pikuk dunia.
Konteks pekerjaan di kantor ini memang sangat berat, setiap dokumen yang dibuat merupakan representasi dari seorang Kepala Daerah dan sifatnya langsung berhadapan dengan stakeholder pembangunan lain. Selain itu, dokumen itu kemudian dijadikan pedoman oleh kantor-kantor lain di tingkat provinsi dan juga kabupaten. Karenanya, sebisa mungkin, dokumen yang dihasilkan adalah benar-benar dokumen yang sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan bersifat komprehensif. Dapat mewadahi semua bidang pembangunan dan juga kepentingan dari kabupaten/kota.
Perubahan mind setting itu diawali sejak terpanggil mengikuti diklat Perencana beberapa waktu lalu. yang pasti, bukan karena diklat, tapi karena begitu menikmati adanya waktu luang di sela-sela kesibukan diklat. Jiwa dan raga seolah tersadarkan bahwa masih ada sisi kehidupan lain selain mengabdi dan mengabdi.
Seorang tabee pun terbiasa dengan adanya aba yang sering pulang cepat. Hampir setiap malam selalu ada rutinitas gendong pundak sebelum masuk ke kamarnya untuk tidur. Hingga ketika minggu pertama bertugas ke Jakarta dan menginap disana, tabee pun menangis meminta agar abanya pulang saja. Dia rindu rutinitas nya itu. Namun setelah hampir sebulan berlalu, tabee sekarang juga sudah terbiasa bertemu dengan abanya hanya 30 menitan saja setiap hari...........hiks hiks
Hidup ini dengan segala permasalahan yang timbul, bisa dibilang indah, jika dilihat dari sisi yang terang, dan bisa juga sangat berat jika dilihat dari sisi gelap. Dalam arti lain, khusnudzan terhadap segala takdir dari Allah dan juga terhadap sikap dan perilaku dari sekeliling kita menjadi sumber keindahan hidup yang utama. Karena dengan ber khusnudzan, berarti  diri ini optimis terhadap hidup, dan juga optimis terhadap masa depan. Hidup dalam kacamata positif, luar biasa dampaknya. Sekali kita terjebak “ngagugu” ke pemikiran negatif, maka akan berdampak negatif pula kedalam hidup.
Jadi kalaupun setiap hari selalu meretas malam di kantor, biarkanlah, anggap sebagai suatu terpaan dalam pengabdian.........semoga bisa selalu berpikiran positif.

17 September 2012

No comments:

Post a Comment