Friday, September 14, 2012

POS !


Buat seorang anak yang terlahir ke dunia pada zaman millennium, tahun 2000 an ke atas, saya yakin tidak begitu mengenal akan arti pentingnya prangko, kartu pos, kode pos, bis surat,  dan tukang pos tentunya.  padahal  pada jamannya dulu,  semua itu adalah media komunikasi yang sangat penting dan vital. Masih ingat dulu pada jaman tahun ‘90 an, dimana ada suatu kebanggaan berlebih buat para tukang pos yang mengantarkan surat, berkeliling dari rumah ke rumah, menggunakan sepeda ataupun sepeda motor. 
Biasanya mereka datang pukul 9 – 10 an setiap hari, jadi pada jam – jam segitu, buat orang-orang yang menanti surat penting, misalnya surat penerimaan kerja, surat panggilan kerja ataupun surat tanda kelulusan dari sekolah, maka pada jam segitu, wajib hukumnya untuk nongkrong di depan teras rumah menanti pak pos datang. Namun juga sebaliknya, buat orang-orang yang akan mengirimkan surat, pasti akan juga menanti datang nya pa pos, karena dapat menitipkan surat yang akan kita kirimkan. Lumayan, bisa menghemat waktu, tidak perlu pergi ke bis surat atau ke kantor pos terdekat. 
Bis surat saat ini masih banyak terdapat di tempat-tempat tertentu, namun kalau melihat selintas, Nampak tidak terawat dan entah, apa masih suka ada petugas yang rutin mengecek surat nya setiap hari atau tidak,  *curiganya siy tidak setiap hari :p. Btw, Kapan terakhir anda berkirim surat menggunakan prangko ? heuheu, suatu aktivitas yang sangat langka saat ini. Pernahkah  anda coba pergi kewarung atau ke minimarket untuk sekedar menjawab rasa penasaran, apakah mereka ini menjual prangko ? prangko dengan gambar presiden Soeharto ? xixixi. Anda yang berumur tidak jauh dengan saya, pasti tidak akan pernah lupa akan prangko dengan gambar Pa Harto. Oh ya, dan tukang pos akan menjadi orang yang sangat sibuk pada saat menjelang idul fitri. Kenapa ? yup, karena pada saat itu, orang –orang muslim di seluruh dunia, khususnya di Indonesia, saling mengirimkan kartu ucapan selamat idul fitri. Saya saja waktu itu, padahal masih sekolah dasar ataupun menengah, bisa sampai mengirimkan 20 surat ucapan selamat idul fitri. Perhitungan nya sangat sederhana, berapa jumlah penduduk muslim yang hidup di kota yang berusia diatas 10 tahun dikalikan dengan harga prangko Rp.200. Belum lagi jika seseorang itu mengirimkan surat ucapan lebih dari satu surat, maka dapat dibayangkan, PT. Pos saat itu, mendapatkan omset  idul fitri yang sangat berlimpah. 
Ingin rasanya saya berbincang dengan para pekerja pos yang sudah bekerja disana sangat lama. Apakah mereka menyadari bahwa akan ada suatu teknologi yang akan menggantikan peran dan fungsi  PT Pos di kemudian hari ? Apakah orang-orang itu mengetahui bahwa perusahaan mereka bekerja akan terpinggirkan fungsinya di masyarakat ? ingin rasanya bertanya seperti itu. 
Melihat kondisi saat sekarang, Pt Pos itu tak ubahnya bagai Perusahaan Titipan Kilat (TIKI) atau JNE dalam skala yang besar, tidak lebih dari itu. Dengan mengandalkan sisa-sisa infrastruktur yang dulu dan jaringan yang lebih banyak dan menyebar sampai ke pelosok, PT Pos saat ini lebih menjual jasa pengiriman paket atau barang ke daerah terpencil. Karena untuk kota-kota besar, entah kenapa, TIKI atau JNE lebih disukai oleh masyarakat daripada ke PT Pos.  
Yang terakhir, moga para founding fathers PT Pos tidak membenci para penemu teknologi komunikasi baik itu, baik itu seluler maupun internet xixixi                                                                                                                                                              14 September 2012 *abatabee (seorang cucu tukang pos)

No comments:

Post a Comment