Tuesday, September 18, 2012

EKOLOGIS



Satu hal positif yang didapatkan dari sebuah pelatihan adalah adanya sebuah ilmu dan ajaran kehidupan baru yang merasuk kedalam pikiran  dan kemudian hati mengiyakan untuk dijadikan prinsip dalam menjalani hidup di dunia ini.
 
Prinsip yang selalu ditekankan sejak sekolah dasar adalah manusia itu merupakan mahluk sosial bukan mahluk individual. Jadi syariatnya, manusia tidak dapat hidup sendiri di dunia, harus bersosialisasi dengan manusia yang ada disekelilingnya.
Oleh karena itu, ditanamkan lah banyak “jurus” dan “tips” dalam bergaul sesuai dengan butir-butir Pancasila, khususnya Sila ke 2 Pancasila, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Adapun jumlah butir-butir Pancasila siy dulu jumlahnya masih 50,  entah sekarang dan juga gak tahu apakah masih ada pelajaran-pelajaran tentang butir-butir pancasila itu sekarang di dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah di negara tercinta ini.
Jurus-jurus itu diantaranya : tenggang rasa, saling menghormati, saling menghargai, suka menolong, menjunjung tinggi hak – hak  orang lain dan sebagainya. Sesungguhnya, jika saat ini jurus jurus itu masih dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari, maka dipastikan tidak ada warga suatu daerah yang bersifat individualis dan merasa hidup sendiri serta konflik yang terjadi di masyarakat dapat diminimalisir dan dicegah sedini mungkin. Namun karena euforia reformasi yang berlebihan, dan rasa apriori yang sangat tinggi terhadap ajaran-ajaran Orde Baru, sehingga kitab kuning dari jurus-jurus itu (nampaknya) tidak diwajibkan untuk dipelajari oleh murid-murid sekolah dasar saat ini.
Hal tersebut diperparah seiring dengan perkembangan isu global dimana issu lingkungan semakin mekemuka dan kemudian dikaitkan dengan terjadinya perubahan iklim akibat efek gas rumah kaca, maka konsep manusia sebagai mahluk ekologis lebih menjadi perhatian banyak orang di dunia saat ini . Manusia sebagai mahluk ekologis dapat diartikan secara harfiah merupakan sebuah konsep yang menekankan bahwa manusia itu bukan satu-satunya mahluk yang ada di muka bumi ini, tetapi manusia itu hanyalah satu bagian dari keseluruhan sistem lingkungan yang ada. Jadi manusia harus dapat menjalankan peran dalam menjaga sistem alam ini dapat berjalan secara seimbang. Ironisnya, perilaku manusia sendiri lah yang cenderung lebih banyak melakukan kerusakan ke alam. Alih-alih menjaga lingkungan agar tetap baik, tapi malah turut serta merusak dan melakukan eksplorasi besar-besaran dengan dalih “kepentingan ekonomi”.
Padahal jika kita meng analogikan bahwa lingkungan hidup itu adalah manusia juga, maka kita sudah tinggal menerapkan jurus-jurus dari butir-butir Pancasila itu ke lingkungan sekitarnya, Jurusnya tetap sama tapi objeknya berbeda. Kita tinggal menerapkan bagaimana cara tenggang rasa ke lingkungan, menghormati lingkungan, menghargai lingkungan dan hak-hak apa saja yang dimiliki oleh lingkungan. Dengan jurus-jurus seperti itu saja, bisa dibilang sudah lebih dari cukup dalam upaya mencegah kerusakan lingkungan.
Kembali ke awal, jika banyak pelatihan dewasa ini lebih menekankan kepada pesertanya tentang posisi manusia itu sebagai seorang mahluk ekologis, lalu bagaimana nasib manusia sebagai mahluk sosial ? akankah hilang ditelan tertindas oleh isu lingkungan hidup ? bukan tidak mungkin itu terjadi. 12 September 2012

No comments:

Post a Comment