Thursday, September 13, 2012

Anti Kemapanan


Entah kenapa……dalam sejarah sebuah klub sepakbola ataupun sebuah Negara, terdapat suatu era atau jaman keemasan dimana klub sepakbola mentorehkan sejarah dengan berprestasi mentereng dalam beberapa tahun, tidak terkalahkan dalam puluhan pertandingan dan para pemainnya mendapatkan penghargaan dalam berbagai versi dan katagori. 

Saat ini, klub yang sedang berada dalam puncak tertinggi prestasinya yaitu Barcelona dimana pada tahun 2010 – 2011 berhasil meraih 11 trophi kejuaraan. Luar biasa. Dengan sentuhan Pep Guoardiola dalam meracik dan meramu jurus-jurus untuk mengalahkan lawan-lawannya, Barcelona seakan-akan tidak tertandingi. Tiki Taka demikian nama yang diberikan untuk taktik yang digunakan oleh Barcelona pada jaman Pep Guardiola. Pemain Barcelona merupakan gabungan dari pemain tim nasional Spanyol sebut saja, Valdes, penjaga gawang Timnas setelah Cassilas, Puyol, seorang bek tangguh, Xavi Hernandes dan Andres Iniesta dua orang playmaker dunia, Cesc Fabregas, seorang pemain tengah yang bisa diplot sebagai striker dan juga tentunya seorang striker haus gol, David Villa. Dengan dukungan pemain seperti itu saja, sebuah tim pasti sudah kuat, terlebih lagi dukungan dari para pemain amerika selatan yang memang sudah dikenal sebagai gudangnya pemain sepak bola dunia, khususnya Negara Brasil dan Argentina. 

Lionel Messi menjadi bagian terpenting dari sejarah Barcelona. Seorang striker mungil dari Argentina berturut – turut menjadi pemain terbaik Eropa dan Pemain terbaik dunia. Lionel Messi bagaikan menjadi mesin gol buat Barcelona. Dalam penilaian game sepakbola, Championship Manager, untuk Lionel Messi nampaknya akan diberi nilai 10 dalam urusan mencetak gol.  Saat menggiring bola memasuki daerah pertahanan lawan, bola itu tidak pernah terlepas dari kakinya, seperti menempel erat di kedua kakinya, hal ini tentu sangat menyulitkan buat para pemain belakang, salah sedikit menyetop bolanya, akan terjadi pelanggaran. Dan Jika dilakukan di kotak pinalti, maka hukuman setimpal berupa penalti akan diberikan oleh wasit. 

Prestasi Barcelona ini mengingatkan kepada kurun waktu tahun 1988 – 1994 dimana saat itu AC Milan lah yang berada dalam puncak keemasan sejarah klub itu. Pemain yang menjadi fenomena saat itu adalah trio Belanda, Gullit – Van Basten – Rijkaard. Trio tersebut didukung oleh pemain –pemain tim nasional Italia yang menjadi legenda juga bagi Italia, sebut saja Franco Baresi, Paolo Maldini, Costacurta, Dona doni. AC Milan saat itu bak tim nasional Italia ditambah dengan trio Belanda. Dapat dibayangkan, klub mana yang tidak segan dengan kekuatan AC Milan saat itu. 

Namun satu hal yang menarik, adanya suatu prestasi emas dalam sebuah klub itu, membuat hati ini selalu mendukung tim-tim yang justru ber rival dengan tim itu. Saat ini Real Madrid menjadi pilihan, dan saat itu, Juventus lah yang menjadi pilihan. Tujuannya satu, ingin membuat suatu keseimbangan. Sangatlah gembira pada kompetisi tahun 2011 – 2012 ketika Real Madrid menjadi juara Liga Spanyol dan Barcelona tidak lagi menjadi juara Liga Champions. Pada waktu itu, sangatlah gembira saat AC Milan mengalami kekalahan yang pertama kalinya dalam kompetisi liga italia setelah kurang lebih 50 kali pertandingan tidak terkalahkan.
Pertanyaannya kenapa selalu tidak menyukai suatu klub yang sedang mengalami masa keemasan ?
Apakah termasuk karakter orang yang anti kemapanan ? *siapa tahu
 
5 September 2012

No comments:

Post a Comment