Wednesday, October 10, 2012

Original


Kebanyakan orang lebih menyukai barang yang sesuai dengan kondisi aslinya, sesuai dengan kondisi awal barang  itu diproduksi, misalnya  mobil, motor dan juga sepeda.  Tapi jangan salah, mengubah kondisi suatu barang itu ada 2 tipe, yang pertama adalah dengan meng upgrade beberapa komponen dari barang untuk meningkatkan performanya dan yang kedua adalah mempreteli beberapa bagian dari barang tersebut dengan maksud agar terlihat gaya (unik). Untuk yang pertama, biasanya ini dilakukan karena ada suatu ketidakpuasan akan performa suatu barang itu, baik dari sisi kemampuan, penampilan ataupun dari sisi estetika. Kita ambil contoh, untuk mobil. Seorang penggila mobil khususnya penyuka mobil-mobil custom dengan kemampuan khusus, misalnya untuk offroad yang mengandalkan kekuatan atau sprint rally yang mengandalkan kecepatan, maka dia akan merombak satu mobil yang diinginkan itu dengan spesifikasi khusus yang dirancang untuk memberikan kepuasan dalam berkendara. Nah itu dia, karena standard kepuasan manusia selalu tidak terbatas, maka biasanya biaya yang dikeluarkan itu sangat jor-jor an, bisa membuat kita semua tercengang tak percaya.
Sementara yang kedua, biasanya ini dilakukan oleh orang-orang yang merasa tidak puas dengan sisi estetika dari suatu barang, tapi tidak dapat menemukan solusinya selain dengan mempreteli beberapa bagian yang pada awalnya menempel pada barang tersebut. Contoh mudahnya adalah pada sepeda motor. Ada satu bagian pada motor yang mayoritas selalu dilepas oleh setiap penggunanya, yaitu “tebeng” (ntah ini bahasa baku atau bukan). Buat para pengguna motor, tebeng ini seringkali dilepas karena dianggap mengganggu penampilan karena tebeng itu biasanya mepunyai warna berbeda dengan body motor,  selain itu adanya tebeng ini membuat posisi kaki pengendara lebih sempit, sehingga mengurangi kenyamanan dalam berkendara. Itu secara umum saja, tapi hal ini menjadi suatu kewajiban buat anak muda. Buat para anak muda yang menggunakan motor pada umumnya selalu mempreteli beberapa bagian motornya, intinya ingin terlihat lebih gaya, ingin berbeda dengan motor sejenisnya, tapi karena belum berpenghasilan, maka mempreteli adalah tindakan yang biasanya dilakukan, ah, jadi inget waktu muda dulu heuheu. 
Buat para sepuh, para kolektor, biasanya lebih mempertahankan originalitas dari barangnya, entah itu mobil, motor atau sepeda. Sepertinya ada kepuasan lain jika kita bisa memiliki suatu barang dengan segala keorsinilannya.  Semakin tua itu barang dalam kondisi orsinil, maka semakin antik itu barang dan semakin dicari oleh orang-orang. 
Kalau kita ambil dari spot yang lain, originalitas itu bisa menjadi suatu daya jual yang menarik bagi wisata, khususnya wisata alam dan kehidupan alami. Coba anda pergi ke Kota Garut, setidaknya yang saya tahu, mungkin ada 4 tempat wisata yang menjual konsep originalitas, atau konsep kembali ke alam, kembali ke kehidupan dimana belum ada polusi-polusi pembangungan dan mencoba untuk membawa para pengunjung menikmati kehidupan pada era 60 - 70 an. Hamparan sawah yang luas, hewan-hewan peliharaan berlalu lalang, tembok-tembok rumah masih menggunakan bilik-bilik, memasak makanan masih menggunakan "suluh" serta tempat mandi yang menggunakan Pancuran, tidak menggunakan shower ataupun "bathtub" seperti hotel-hotel masa kini. Yang anehnya, tempat-tempat seperti itu ternyata sangat laku. Jangan coba-coba anda datang go show pada saat weekend ke tempat itu, karena dipastikan sudah ter pesan sejak beberapa minggu sebelumnya. Padahal kalau melihat dari sisi harga, bungalow-bungalow itu seharga dengan kamar type "deluxe" atau "superior" di hotel bintang 5 di Jakarta, gile.
Ternyata memang, harga sebuah originalitas itu tidak terbatas, unlimitted. Orang-orang lebih menghargai originalitas lebih dari apapun, setuju kah anda ?  Jika memang demikian, lalu kenapa kita tidak ingin menjadi manusia yang original ? atau nanti dulu, emang bagaimana karakter dan sifat manusia yang original itu ? apakah saat ini, sikap dan perilaku manusia sudah tidak original lagi ?  *saya minta timeout buat berpikir terlebih dahulu, apa makna original dalam diri manusia, sebagai hamba-Nya, sebagai mahluk sosial dan sebagai mahluk ekologis. 
10 10 2012

No comments:

Post a Comment