Saturday, October 20, 2012

Idul Qurban buat Udin !

Salah satu ujian loyalitas bagi seorang bawahan manakala diminta melakukan pekerjaan yang bertentangan dengan hati nuraninya, bertentangan dengan norma, bertentangan dengan akal sehatnya dan bertentangan dengan keyakinannya ! 

Bagi Udin, seorang pekerja dengan penghasilan yang pas-pasan, segala yang berkaitan dengan pengeluaran keuangan harus di kelola dan direncanakan dengan baik. Betapa tidak, 2 orang anaknya saat ini, sedang bersiap menempuh ujian akhir di sekolah, Asep, si sulung, sudah duduk di kelas 9, bersiap masuk ke sma sedangkan Emma, anaknya yang nomor 2, juga sedang bersiap ujian masuk ke smp. Sedangkan Atep, si bungsu, sekarang baru sekolah di kelas 4 sekolah dasar. Adapun istri Udin, tidak bekerja secara tetap, dia hanya menerima jasa cuci dan setrika pakaian di sekitaran rumahnya. 
Satu hal yang menjadi pemikiran Udin saat ini adalah dirinya harus bersiap menyisihkan uang dari pendapatannya itu untuk biaya sekolah anaknya tahun depan, karena menurut seorang tetangga sebelah rumahnya, biaya masuk ke smp dan sma saat ini sudah sangat mahal, butuh uang berjuta-juta untuk bisa masuk ke sekolah yang bagus. Bukan gimana-gimana, sudah tertanam dari awal saat anak pertama nya, Asep dilahirkan, ada satu tekad yang Udin bisikan kepada anaknya, "Bapak ga bisa menjanjikan kehidupan dan kekayaan yang berlimpah buat mu Nak, tapi hanya satu hal yang Bapak berani berjanji, Kamu tidak akan putus sekolah, Bapak akan berusaha mencari uang agar kamu bisa sekolah setinggi tingginya",  hanya itu janjinya. Janji menyekolahkan anak-anaknya setinggi-tingginya !!
Sebagai bukti dari janjinya itu, lebih dari 30% dari uang gajinya, Udin langsung menyisihkan buat biaya sekolah anak-anaknya. "Biarlah saya hidup berkekurangan saat ini, asalkan anak bisa tetap sekolah sampai sarjana" demikian yang ada dalam benak Udin. 
Selain buat biaya sekolah, sesungguhnya Udin juga menyisihkan uang setiap bulannya sekitar 150 ribu, yang dia masukan kedalam sebuah celengan berbentuk kambing yang dia beli di Kebun Binatang. Kenapa celengan kambing yang Udin pilih ? karena memang uang yang dia masukan ke celengan itu adalah uang tabungan Qurbannya. Sejak bujangan, kebiasaan membeli celengan kambing ini sudah  Udin lakukan, hanya bedanya dengan sekarang, kalau dulu isinya kebanyakan uang recehan logam, kalau sekarang kebanyakan uang kertas. Selembar uang seratus ribu, dia masukan pada setiap tanggal 1 selesai dia mendapatkan gaji bulanannya, sedangkan sisanya adalah uang - uang kertas seribu atau dua ribu an yang dia masukan setiap hari. 
Tentang Qurban ini, Udin sangat paham kalau sifatnya itu "Sunat Muakaddah", ibadah sunat yang sangat diharuskan. Dalam salah satu keterangan yang Udin dengar saat solat jum'at, Khotib saat itu menyatakan bahwa ada satu hadist atau ayat Qur'an yang menyatakan seperti ini : "janganlah kalian memasuki tempat solat jika kamu termasuk orang yang mampu tapi tidak melaksanakan ibadah Qurban". Bergetar hati Udin saat itu, seraya bingung dengan definisi "orang yang mampu". lalu muncul banyak pertanyaan dalam dirinya, "apa definisi orang yang mampu itu ya ?" "apa indikator nya ?" apakah sebuah keluarga yang mempunyai tv di rumahnya, walaupun dia punya banyak hutang, termasuk kategori wajib Qurban ?" "apakah saya termasuk orang yang mampu ?"  pertanyaan - pertanyaan lain terus bermunculan. Hal positif yang kemudian sikapi adalah dengan harga kambing yang cukup mahal buat Udin, maka dia harus mempunyai celengan khusus buat Qurban. Dan sejak saat itu, 15 tahun yang lalu, dia selalu membeli celengan berbentuk kambing di deket Kebun Binatang pada minggu pertama setelah Idul Adha. Ada suatu kepuasan tersendiri bagi Udin kalau bisa berqurban setiap tahun. Udin selalu membeli kambing/domba  yang bagus untuk berqurban, dan dititipkan di masjid yang dekat dengan tempat tinggalnya, yang selalu menjadi tempat sholat Udin dikala adzan subuh memanggilnya. adapun dhuhur, ashar, maghrib dan isya, biasanya Udin sholat di mushola tempat dia bekerja.  Walau kemudian hewan qurbannya itu dititipkan di DKM, Udin selalu menyembelih hewan qurbannya dengan tangannya sendiri, karena memang lebih utama demikian, lalu dengan rekan-rekan di DKM yang lain, bersama-sama untuk menguliti, membersihkan dan membagikan daging hewan qurban itu ke yang berhak menerimanya. Berqurban menjadi sebuah ritual tahunan yang penuh makna buat Udin, makna pengorbanan seorang hamba kepada Tuhannya.
Namun, pada Idul Qurban tahun ini, ada satu yang mengganjal pikirannya, yaitu saat pimpinan baru di kantornya, yang memang seorang ustadz, mengeluarkan kebijakan bahwa setiap karyawan harus berqurban di kantor untuk kemudian disalurkan ke lembaga/yayasan yang telah ditentukan oleh kantornya. Mendengar kebijakan pimpinan kantornya itu, Udin langsung gelisah, masih belum mengerti, kenapa seorang pimpinan kantor mengeluarkan kebijakan yang mengatur tentang "ibadah" seseorang. Padahal menurut pemikiran sederhana Udin, berqurban itu merupakan suatu kewajiban yang melekat bagi seorang hamba-Nya bukan bagi seorang karyawan kantor, jadi kenapa kantor harus turut campur mengatur tentang hal ini ? 
Satu hal yang Udin yakini, bahwa jika Udin mematuhi kebijakan pimpinannya itu, maka Udin akan kehilangan makna Idul Qurban yang telah dia nikmati dan rasakan  hampir 15 tahun belakangan ini. Entah kenapa, Udin masih belum rela untuk memecahkan celengan berbentuk kambing nya itu jika harus berqurban di kantornya. 
Lalu kemudian Udin mencoba ber andai - andai, apa yang terjadi jika Udin tidak berqurban di kantor nya ? apa dia akan dipecat ? apa dia akan diberi Surat Peringatan oleh HRD kantor nya ? ataukah Pimpinan kantornya nya itu akan menyalahkan secara individu dan membencinya karena dianggap tidak loyal ke atasan ? atau kah seperti apa ? Jika dia dipecat kerja, lalu bagaimana dengan biaya sekolah anak-anaknya ? karena pada jaman sekarang, bukan hal gampang mencari kerja buat seorang yang telah berumur seperti Udin.

Idul Qurban tinggal 6 hari lagi, Udin masih bingung dengan tindakan yang akan dia lakukan......masih belum mengerti dengan apa yang terjadi. Udin hanya bisa kemudian pasrah, menyerahkan semuanya kepada Allah, "saya akan solat istikharah malam ini,  semoga Allah memberi keyakinan kepada hati ini, bagaimana saya harus bersikap" gumam Udin sambil mengayuh sepeda lipat hitam menuju tempat kerjanya. 

20 Oktober 2012.

No comments:

Post a Comment