Friday, September 28, 2012

A Legend..............



Setiap bidang pasti punya legendanya sendiri-sendiri. Kalo dalam konteks sepakbola dunia, bisa kita sebut ada pele, maradona atau lionel messi. Sementara dalam olah raga bola basket, siapa yang tidak tahu Michael Jordan, Kareem Abdul Jabar dan juga siapa yang tidak kenal dengan Rudi Hartono ? pemenang All England sebanyak 8 (delapan) kali berturut-turut .  Terakhir, siapa yang tidak kenal dengan Adjat Soedradjat ? xixixi, semua orang Bandung, pasti tahu siapa Adjat.
Itu semua baru dari satu bidang saja, yaitu olahraga. Kita bisa mendapatkan legenda-legenda lain dalam bidang musik. Siapa yang tidak tahu Metallica ? Guns N Roses ? Siapa yang tidak mengenal Fredie Mercurie dengan Quenn nya ? Sementara jika kita menengok ke dunia music tanah air, maka dalam kacamata saya, setidaknya ada 2 orang penyanyi legenda, yaitu almarhum Chrisye dan satu orang lagi, seorang penyanyi yang menjadi panutan bagi hampir seluruh penyanyi tanah air saat ini, yaitu Iwan Fals. Seorang penyanyi yang lebih sering bernyanyi menggunakan rasa hatinya, menyuarakan  jeritan penderitaan rakyat kecil yang berjuang memperpanjang hidupnya ditengah kerasnya dunia. Seorang penyanyi yang pernah di black list oleh Penguasa Orde Baru karena dianggap subversif oleh pemimpin bangsa saat itu.
Lalu kita beralih ke legenda film, kalau dalam konteks film Hollywood, para pemeran film action merupakan contoh legenda-legenda film, sebut saja Sean Connery, Clint Eastwood atau Tommy Lee Jones. Sementara dalam konteks film Bollywood, tentu saja Amitabachaan dan Sahrukh Kahn menjadi dua orang legenda film india yang telah terkenal ke seluruh dunia. Sementara untuk di tanah air, Benjamin S, menjadi legenda film yang tiada bandingannya. Meski pada jamannya muncul artis fenomenal lainnya, misalnya Warkop DKI, Wolly Sutinah (Ma Wo),  tapi buat saya, Bang Benjamin S, tidak tergoyahkan sebagai nonor urut pertama daftar legendisasi actor dan antriss Indonesia (kalau ada) heuheu.
Seseorang dianggap legenda, dalam suatu bidang apapun manakala ada suatu “prestasi”  yang luar biasa dari orang tersebut,  baik dari prestasi dari sisi kejuaraan, dari sisi bisnis, dari sisi personal kompetensi ataupun dari sikap dan perilaku dalam kehidupannya. Jadi istilah legenda ini pasti akan melekat kepada seseorang ataupun kelompok orang jika mereka telah melakukan suatu aktivitas luar biasa di bidangnya masing-masing. Dengan kata lain, penghargaan “legend” ini  merupakan dampak ikutan dari suatu prestasi, dan yang membuat ini semakin bergengsi adalah ketika istilah legenda disematkan (secara tidak resmi), maka itu merupakan bukti pengakuan dari lingkungan terhadap eksistensinya, dan itu tidak dapat dibeli oleh uang. Sesuatu yang tidak dapat dibeli, something that money can’t buy. (Jadi masih ada ya di dunia yang tidak bisa dibeli dengan uang, heuheuheu).
Menukik kepada diri ini, pantaskah diri ini menjadi seorang legenda hidup ? pantaskah kemudian jika kita me-“declare” bahwa raga anda ini adalah seorang legend buat jiwa anda ? atau dibalik, “pantaskah jiwa ini menjadi legend buat sebuah raga ?
Apa yang telah raga perbuat untuk jiwa ? begitupun sebaliknya, apa yang telah jiwa ini lakukan untuk raga ?
Biarkan……raga dan jiwa menemukan legend nya masing-masing, tak ada paksaan, tak ada dorongan…………. 28 September 2012

Thursday, September 27, 2012

Identitas



Berungkali kita melihat di film-film Hollywood tentang seseorang yang bingung dengan identitas dirinya sendiri. Entah karena hilang ingatan ataupun sengaja dihilangkan. Ya, dihilangkan oleh pihak-pihak yang memang tidak ingin identitas dari orang tadi diketahui oleh musuhnya ataupun oleh jiwa orang itu sendiri.
Sedangkan didalam dunia nyata, banyak pula  khususnya buat orang-orang intelejen, dimana identitas memang harus disembunyikan agar bisa mendapatkan informasi tentang sesuatu yang sebanyak-banyaknya. Memang sepertinya ada beberapa keuntungan dari menyembunyikan identitas ini,  misalnya orang itu bisa mengkorek informasi dari orang-orang yang memang mempunyai informasi yang diinginkan ataupun bisa melakukan aktivitas yang sebetulnya tidak boleh dilakukan. 
Hal itu pula yang mendasari beberapa program televisi yang sekarang lagi tayang, misalnnya “undercover boss”  yang mencoba mencari informasi tentang keluhan para pekerja dari sebuah perusahaan. Selain itu, ada juga program “tolong”, dimana seorang aktor yang menyamar kemudian mencari orang-orang ikhlas memberikan pertolongan dan kemudian memberikan hadiah yang setimpal berupa uang.
JIka ditelusuri lebih dalam, identitas itu, bukanlah hanya sekedar biodata, karena identitas itu sifatnya lebih mendalam. Pernahkah anda dengar pameo atau istilah seperti ini, “masa sma adalah masa pencarian identitas”. Jadi sepertinya identitas itu bisa juga sebut dengan “jati diri” seseorang. Bagaimana seseorang memandang hidup, bagaimana seseorang menyikapi sesuatu, siapa yang menjadi panutan orang itu, apa yang bisa mempengaruhi seseorang untuk bertindak dan apa yang membuat seseorang bahagia dan sedih didalam hidupnya, merupakan pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh seorang teenage. Dan setelah menemukan jawaban itu, maka seorang teenage bertranformasi menjadi seorang mature (mungkin) atau menjadi seseorang dengan identitas sempurna. 
Pencarian identitas ini menjadi penting karena menjadi modal dalam pergaulan, menjadi dasar dalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Namun dasar manusia, yang tidak pernah mendapatkan kepuasan akan suatu hal. Sejatinya, setelah mendapatkan identitas, tidak perlu mencoba  mencari identitas baru dan hidup dengan identitas baru itu, tapi tetep saja selalu mencoba dan mencoba. Jadi, mungkin, para intelejen itu sangat menikmati perannya berganti identitas didalam masyarakatnya, karena bisa hidup dengan berbagai iperan Setelah kepentingannya selesai kemudian kembali ke identitas sebelumnya. Masyarakat dan lingkungan sekitarnya pasti tidak akan menyadari akan hal itu, karena mereka tidak tahu sedang berbicara dengan seorang Udin kah atau dengan seorang Budi kah atau dengan seorang Steven kah. Karena yang sebatas mereka tahu, hanyalah yang sebatas tercantum dalam KTP. Tapi itu bisa juga dilakukan dengan maksud mencoba untuk menjalani hidup baru, meninggalkan identitas lama yang telah penuh dengan aib.
Hanyalah pada saat kita sholat dan bersujud kepada Nya, kita kemudian bisa menanggalkan segala identitas dan berserah diri kepadanya, menghambakan sebagai mahluknya, menerima semua ketentuan-Nya dan terus ikhtiar menjadi mahluk Nya yang bertaqwa.
16 september 2012

Monday, September 24, 2012

Liburan


Liburan buat sebagian orang bisa merupakan suatu kewajiban, suatu keharusan yang dilakukan agar mendapatkan keseimbangan dalam hidup, agar otak dan pikiran kita tersegarkan kembali (refreshing) dan siap bekerja dengan kinerja yang lebih baik. Banyak cara yang orang-orang tempuh untuk dapat berlibur, namun kebanyakan  biasanya pergi ke other cities, ke luar kota, baik itu masih dalam satu pulau atau sampai ke luar negeri.
Buat orang-orang yang merasa bahwa liburan itu suatu kewajiban, maka pastinya itu didasari oleh dua hal, yaitu adanya uang yang cukup untuk berlibur dan adanya waktu yang luang. Bener kan ? gak mungkin lah untuk orang-orang yang kantongnya pas-pasan bisa pergi liburan ke luar kota, lha biasanya pun untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah kurang. Jadi buat orang yang berada di kalangan ini, bisa berlibur itu merupakan suatu cita-cita panjang, yang entah kapan bisa terwujud. JIka kita bicara cita-cita, maka itu tidaklah main-main karena pasti melibatkan suatu tekad dan pengorbanan untuk meraihnya. Dan jika liburan dianggap sebagai suatu cita-cita, maka janganlah kaget kalau anda melihat beberapa fenomena tentang orang – orang  yang ingin berlibur dengan caranya masing-masing,  tentang tekad dan pengorbanan yang dilakukannya.
Buat orang yang pas-pasan, biasanya mereka merencanakan liburan secara kolektif dengan yang lain, karena dapat mengurangi biaya yang dikeluarkan dan pantai merupakan tujuan favorit yang dituju. Alternatif yang diambil adalah dengan menyewa bus atau  mobil pick up, ya mobil bak terbuka. Orang tua dan anak kecil pada duduk di dalam bak terbuka yang biasanya telah disulap dengan dibuatnya  atap dari terpal untuk menahan terik matahari dan juga air hujan yang kemungkinan juga bisa turun di perjalanan. Anda pernah melihatnya kan ? trus coba anda perhatikan raut wajah orang-orang  tersebut, mereka tampak bahagia. Bibir selalu senyum dan mata berbinar, terbahak-terbahak tertawa karena senda dan gurau. Mereka tampak bahagia meski sebetulnya mereka berada dalam bahaya besar karena jalan yang kolak kelok dan (mungkin) kondisi kendaraan yang tidak sehat sehingga potensi terjadinya kecelakaan sangat tinggi.
Di sisi lain, pergi berlibur ke luar negeri  nampaknya masih merupakan suatu primadona. Pergi menjelajah keunikan alam buat yang sangat menyukai alam ataupun pergi ke suatu untuk berbelanja menjadi bentuk liburan yang pas buat ibu-ibu yang memang hobinya berbelanja. Intinya adalah mereka mencari suatu kebahagiaan, dapat melakukan sesuatu yang mereka sangat sukai dengan cara yang mereka sukai pula, tak peduli berapa biaya yang dikeluarkan, yang penting bisa happy. Sementara buat kalangan lain, paket liburan yang mereka ambil adalah paket liburan ke luar angkasa xixixi. Tak peduli betapa mahalnya biaya yang dikeluarkan, tapi buat orang-orang yang menyukai tantangan ekstrem dan mempunyai banyak uang, pergi ke luar angkasa bukanlah suatu hal baru lagi. Sebuah biro perjalanan di Amerika menyediakan jasa perjalanan ke luar angkasa itu dengan biaya miliaran rupiah. Gila !
Jadi sangatlah wajar jika kita bisa melihat standar hidup seseorang itu bisa terlihat dari cara orang itu berlibur.
Terus anda pergi berlibur kemana ?
24 September 2012

Tuesday, September 18, 2012

Sehat itu Mahal



Sehat itu Mahal, anda percaya ? Kalau tidak percaya, ya harus percaya hehe. Bagi segenap orang-orang yang pernah merasakan sakit karena penyakit yang berat pasti tidak akan pernah menyangkal akan hal itu. Komponen paling awal dari menyembuhkan rasa sakit itu tentunya adalah obat. Dalam konteks penyakit yang ringan, misalnya sakit kepala saja, tanpa disadari, kita harus merogoh saku buat membeli obat – obat warung yang memang bisa dibeli tanpa resep dokter. Namun, jika rasa sakit tersebut tidak hilang dalam 3 (tiga) hari, maka disarankan untuk berkonsultasi dengan dokter. Itu yang biasanya tertulis disetiap kemasan obat yang dijual bebas di warung-warung.
Konsultasi (bahasa halus  dari kata berobat) ke dokter biasanya merupakan awal petaka bagi setiap orang sakit. Kenapa ? ya setiap kita dokter, rata-rata kita mengeluarkan uang sedikitnya 100 ribu keluar dari dompet kita. Itu pun biasanya jika si dokter nya itu sudah menyiapkan obat langsung di tempat prakteknya, tidak perlu menebus resep obat ke apotek. Biasanya hal tersebut masih ada di pedesaan-pedesaan dimana masih jarangnya apotek yang dekat dengan tempat praktek dokternya. Sedangka di kota-kota, sudah sangat jarang ditemukan dokter yan g berpraktek dengan pola seperti itu. Di kota biasanya dokter hanya memberikan resep kepada pasiennya, untuk kemudian ditebus di apotek. Mengikuti filosofi “ada gula ada semut”, maka dimana ada dokter maka disitu bakal ada apotek, begitu juga sebaliknya, dimana ada apotek, maka disitu ada dokter. Jadi disini posisi nya tidak jelas, siapa yang menjadi semutnya, siapa yang menjadi gulanya. Heuheu.
Atau mungkin yang lebih hebat lagi adalah yang adanya itu adalah semut dulu, karena kepintarannya, maka semut itu mendirikan pabrik gula dan jadilah gula. Jadi jika dikaitkan dengan konteks dokter tadi, hal yang barusan lebih pas. Jadi yang ada itu adalah dokter dulu, lalu karena dokternya pintar membaca peluang bisnis, maka dia membuka juga apotek. Jadi terkesan all in one. Tapi selama itu tidak ada larangan, ya tidak masalah nampaknya.
Ada sebuah pertanyaan selalu terlintas dan terlontar kepada diri sendiri. Ketika seseorang sudah menyadari akan arti pentingnya kesehatan, akan mahalnya kesehatan, lalu apa yang telah diperbuat agar badan tetep sehat ? agar badan tetap bugar ? agar badan ini tidak mudah sakit ?
Beberapa hari lalu bertemu dengan kawan lama, temen seperjuangan di jatinangor dulu. Dulu badannya ceking, kurus dan tidak nampak ada gairah untuk berolahraga. Disaat yang lain bermain sepak bola atau basket, dia hanya duduk menjadi penonton. Tapi sekarang, dia nampak berbeda. Badannya tampak berisi dan otot-otot nya tampak padat. Yang terpenting, jiwa dan aura sportivitas tampak dari dalam dirinya. Setelah mengobrol, dia ungkapkan bahwa jadwal dia jogging itu seminggu 3 kali, 2  lari sore hari di senayan, sehari lagi pada hari Sabtu atau Minggu. Plus dia juga bersepeda di sabtu atau minggu itu.  Kemudian dia bilang kalau dia sudah pindah kosan dari kawasan sudirman, “sumpek, trus ga enak buat dipake sepedaan ke kantor”. Jadi dia mencari kosan yang rute bersepedanya lebih bersahabat. Hal terakhir yang dia bilang, “aku minggu depan ikutan lomba adidas king of the road di Jakarta, be”. Waduh, salut, sangat salut. Sebegitu “care“nya dia akan kesehatannya, membuat dia berbuat sesuatu yang mungkin dulu tidak dia sukai.
Lalu bagaimana dengan kita ? punya jadwal rutin olahraga apa setiap minggu ? bersepeda ? jogging ? futsal ? sepak bola ? bulu tangkis ? apapun itu, asalkan olahraga, pasti jauh lebih baik daripada nonton tv seharian, betulkan ? olahraga yuk !!                                                                                                                                                                                                                                  18 September 2012

Meretas Malam



Meretas malam di kantor sudah lama tidak pernah dilakoni, sampai akhirnya malam ini terjadi lagi. Beberapa waktu lalu, ada satu prinsip hidup yang coba dipegang kokoh dalam hati. Simpel tapi hal ini menjadi sangat penting. Prinsip itu adalah dengan tidak menjadikan urusan kantor my highest priority lagi. Tapi hal ini bukan berarti akan serta menurunkan kinerja dalam bekerja, tapi hanya merubah mind setting dalam pikiran.
Jujur sudah hampir 3 tahun bekerja di kantor yang satu ini, sangat menguras rasa, mengguncang otak. Dan hal itu sangat membuat mentally sangat lelah dan letih. Dalam bahasa kerennya : “i cant put down a glass for a while”. Setiap hal-hal kecil yang merupakan kerjaan terlalu dikerjakan dengan penuh kewaspadaan berlebihan, padahal seharusnya tidak perlu seperti itu. Sampai-sampai pekerjaan itu terbawa ke alam mimpi dimana seharusnya pada saat tidur, jiwa dan raga ini beristirahat dari hiruk pikuk dunia.
Konteks pekerjaan di kantor ini memang sangat berat, setiap dokumen yang dibuat merupakan representasi dari seorang Kepala Daerah dan sifatnya langsung berhadapan dengan stakeholder pembangunan lain. Selain itu, dokumen itu kemudian dijadikan pedoman oleh kantor-kantor lain di tingkat provinsi dan juga kabupaten. Karenanya, sebisa mungkin, dokumen yang dihasilkan adalah benar-benar dokumen yang sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku dan bersifat komprehensif. Dapat mewadahi semua bidang pembangunan dan juga kepentingan dari kabupaten/kota.
Perubahan mind setting itu diawali sejak terpanggil mengikuti diklat Perencana beberapa waktu lalu. yang pasti, bukan karena diklat, tapi karena begitu menikmati adanya waktu luang di sela-sela kesibukan diklat. Jiwa dan raga seolah tersadarkan bahwa masih ada sisi kehidupan lain selain mengabdi dan mengabdi.
Seorang tabee pun terbiasa dengan adanya aba yang sering pulang cepat. Hampir setiap malam selalu ada rutinitas gendong pundak sebelum masuk ke kamarnya untuk tidur. Hingga ketika minggu pertama bertugas ke Jakarta dan menginap disana, tabee pun menangis meminta agar abanya pulang saja. Dia rindu rutinitas nya itu. Namun setelah hampir sebulan berlalu, tabee sekarang juga sudah terbiasa bertemu dengan abanya hanya 30 menitan saja setiap hari...........hiks hiks
Hidup ini dengan segala permasalahan yang timbul, bisa dibilang indah, jika dilihat dari sisi yang terang, dan bisa juga sangat berat jika dilihat dari sisi gelap. Dalam arti lain, khusnudzan terhadap segala takdir dari Allah dan juga terhadap sikap dan perilaku dari sekeliling kita menjadi sumber keindahan hidup yang utama. Karena dengan ber khusnudzan, berarti  diri ini optimis terhadap hidup, dan juga optimis terhadap masa depan. Hidup dalam kacamata positif, luar biasa dampaknya. Sekali kita terjebak “ngagugu” ke pemikiran negatif, maka akan berdampak negatif pula kedalam hidup.
Jadi kalaupun setiap hari selalu meretas malam di kantor, biarkanlah, anggap sebagai suatu terpaan dalam pengabdian.........semoga bisa selalu berpikiran positif.

17 September 2012